BEST COFFEE

Senin, 30 November 2020

1 Desember

 1 Desember.

Kamu pasti ingat tanggal itu, kan? Ah, mana mungkin kamu melupakan tanggal itu. Tanggal itu adalah salah satu tanggal bersejarah dalam hidupmu.


1 Desember. Tanggal di mana masing-masing dari kita memulai hidup yang baru. Ya, kehidupan baruku tanpa kamu dan kehidupan barumu dengan perempuan itu.


***


1 Desember 2019.


Aku langsung mendapati sosokmu begitu aku melangkah masuk ke dalam gedung pertemuan ini. Jelas saja, kamu adalah laki-laki yang paling berbeda dalam gedung ini. Hari ini kamu yang menjadi sorotan semua orang yang datang. Kamu berbalut setelan jas paling rapi yang pernah kamu pakai. Berbeda sekali dengan kamu yang selama ini tidak pernah mau mengenakan pakaian formal seperti itu, seformal apa pun acara yang kamu hadiri. Di sampingmu, perempuan itu bersanding anggun dengan gaun putihnya dan buket bunga di tangannya.


Aku masih terus diliputi ragu untuk menghampiri kalian. Beberapa jenak lamanya, ragu itu sempat merayuku untuk berbalik arah dan kembali pulang. Ah, bukannya aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan menjabat tanganmu di hari bahagiamu ini lalu memberi ucapan selamat?


Setelah melewati perdebatan yang lagi-lagi melelahkan seperti yang sebelumnya kulakukan di rumah, akhirnya aku berdamai dengan diriku dan memutuskan untuk mengambil langkah mendekati pelaminan tempatmu bersanding dengan perempuan itu. Aku tidak bisa memastikan perasaan macam apa yang menggelayutiku saat langkah demi langkah memupus jarak antara aku dan kamu. Dan begitu aku berhadapan denganmu, aku melihat ke dalam matamu. Sama seperti biasanya. Aku akan langsung melihat matamu tiap kali kita bertemu dan aku selalu mendapati apa yang aku cari.


“Selamat!”


Pada akhirnya, bibirku berucap menukaskan kata itu. Aku menjabat tanganmu. Mungkinkah ini terakhir kalinya tangan kita bersentuhan?


Kamu tidak bisa menyembunyikan kilatan cemas yang ada di matamu. Aku melihatnya, Sayang. kamu tahu, aku mengerti.


Kamu cemas dengan bagaimana hariku selanjutnya. Kamu cemas dengan bagaimana aku tanpa kamu besok, lusa, dan seterusnya. Kamu cemas dengan bagaimana akan kuhabiskan cokelat panas yang biasa kita nikmati berdua saat hujan sore. Kamu cemas dengan bagaimana aku akan bisa tertidur di malam hari tanpa ucapan selamat malam darimu sebelumnya.


Sayang, aku juga merasakan kecemasan yang sama. Percayalah, lebih dari itu. Aku bahkan takut.


Namun, siapa yang peduli dengan kecemasanmu, kecemasan kita? Siapa yang mau peduli dengan rasa takutku?


Nyatanya, hari ini kamu telah mengikrarkan janji untuk menjadikan perempuan itu sebagai istrimu. Nyatanya, sekarang kamu berdiri di hadapanku sebagai pengantin laki-laki dan aku hanya bisa tersenyum sambil menjabat tangamu.


Senyum ini palsu, Sayang. Namun, percayalah bahwa ini adalah untuk kebaikanmu juga kebaikanku. Kamu dan aku harus percaya bahwa segala kecemasan yang mendera kita suatu saat akan hilang dan semua akan baik-baik saja.


Hanya beberapa detik gugur selama tangan kita bersentuhan untuk terakhir kalinya. Aku kemudian beralih menjabat tangan perempuanmu. Ia tersenyum ramah padaku. Mungkin perempuan itu tidak akan seramah itu jika saja ia tahu apa-apa yang terjadi di antara kita selama ia pergi. Bahkan mungkin ia tidak sudi menerima ucapan selamat dariku kalau saja ia tahu bahwa aku adalah kekasih simpananmu selama ini.


***


1 Desember 2020.


Aku berkaca lalu mencoba tersenyum. Seharusnya, aku terlihat cantik dengan gaun putihku. Namun, entah mengapa ada sesuatu yang terasa kurang bagiku.


Sekali lagi, aku memfokuskan pandangan pada bayanganku yang terpantul di cermin. Aku melihatnya, melihat kamu di sana. Aku melihat kita bersisian dalam cermin itu. Aku melihat kita sebagai pasangan pengantin.


“Sudah saatnya. Kamu sudah siap?”


Suara yang terdengar itu membuyarkan bayangan kita dalam cermin. Bayanganmu memudar. Yang tertinggal hanyalah bayanganku, seorang diri saja.


Aku kemudian mengangguk sebagai balasan atas pertanyaan yang datang tadi. Ya, sekarang saatnya aku memulai kehidupan baruku bersama laki-laki lain.


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar