“Nur, maju ke depan!” perintah guruku waktu itu.
“Kerjakan soal nomor 5! Ayo cepat, jangan melamun saja!” tambahnya.
Sebenarnya aku tidak melamun tapi aku membayangkan bagaimana jika aku ditunjuk untuk maju oleh guru yang dianggap killer di sekolahku (mungkin beliau tidak benar-benar killer, tapi wajahnya memang seram sih). Sekarang hal itu benar-benar terjadi. “Kenapa yang aku pikirkan malah menjadi kenyataan?” sesalku dalam hati.